PASTIKAN, LALU LINTAS KOTA YOGYAKARTA
TIDAK MACET
Oleh: Winner Indi Manega
Isu kemacetan merebak di Kota Yogyakarta
sejak antrian panjang kendaraan di pusat kota sering terjadi pada jam sibuk dan
di hari libur sekolah. Pada dekade kini dan mendatang, kecenderungan orang serba cepat, sehingga berlalu-lintas di jalan-pun
harus ngebut dan tak mempedulikan
lingkungan. Dipicu target penjualan motor dan mobil, tak lagi seimbang antara
keberadaan kendaraan, tambahan ruas jalan dan pencemaran udara. Prediksi
di kemudian hari, Kota Pelajar semakin macet lalu-lintasnya, jika kita semua
bersikap apatis, netral tak segera bertindak. Meskipun rintisan pengaturan dan
pertambahan ruas jalan telah dilakukan, tetap saja kota yang sempit akan
semakin macet.
Saat
berangkat maupun pulang sekolah, sering terhambat kemacetan di perempatan,
terlebih di depan pasar tumpah. Lagi
pula, perilaku pengendara motor dan mobil semakin tak menghormati hak jalan
pengguna jalan lain.
Tak pelak lagi, polisi menjadi repot mengatur lalu-lintas meskipun dibantu satpam
sekolahan. Tak ayal lagi, bermunculan surat tilang, bahkan sering kecelakaan
lalu-lintas menimpa pelajar. Hak pejalan kaki di trotoar
direnggut untuk tempat berjualan dan parkir yang kotor serta “semrawut”. Pasar
tumpah-ruah di trotoar kian merambah ke badan jalan untuk berjualan, makin
memperparah kemacetan. Relokasi pedagang pasar ke pasar, fasilitasi pedagang
kaki lima di tempat semestinya, penyaluran bakat kaum papa, pengemis, pengamen dan pengasong dari perempatan
jalan, membuat sangat berarti bagi keteraturan eko-sistem kota, mengurangi
risiko kecelakaan dan kemacetan.
Anak, pewaris kemacetan
di masa depan, kelak memangku kebijakan transportasi ditentukan pada usia dini.
Pendidikan etika berlalu-lintas dibiasakan sejak kecil, dan bukan mengenal saat
mencari SIM. Pelajar yang terkena imbas kemacetan, strategis untuk mengetahui
etika berlalu-lintas, tak sekedar mengoreksi penyimpangan dari perilaku
pengemudi, tapi paham resiko pelanggaran. Pengurangan kemacetan menuntut
pengguna jalan sadar beretika lalu-lintas, penegakan aturan, ketegasan sanksi
dan bukan dicari atau mencari-cari kesalahan pengemudi.
Kita,
generasi penerus, tak ingin membiarkan bertambahnya kendaraan di masa mendatang,
tanpa ada kendali. Tengok saja…… sumber utama pencemaran adalah alat transportasi.
Walaupun pelebaran jalan dan jalan baru dapat mengurangi kemacetan lalu-lintas,
usaha ini bersifat memacu pertumbuhan jumlah kendaraan. Saatnya perlu kearifan kebijakan
transportasi terpadu, mencakup pengurangan jumlah kendaraan dan pemanfaatan jenis transportasi tidak bermotor atau
berbahan-bakar ramah lingkungan. Optimal atau tidaknya
pelayanan transportasi tergantung ketersediaan sarana dan prasarana. Kedua
aspek tersebut harus seimbang supaya tak menimbulkan permasalahan dalam
pergerakannya.
Semakin majunya peradaban di Kota Budaya, tak
bisa terus-menerus bertahan tanpa perubahan! Kemajuan, tak seharusnya mengubah
masyarakat berpikir mundur. Kemajuan adalah antisipasi dari datangnya perubahan
dengan tanpa meninggalkan identitas kota. Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas di pusat perkotaan tak
dapat dipecah, tapi diatur, ditata ulang, terpadu dan lestari. Tak dapat
dipungkiri, daya tarik ‘ruh’ Kota Yogyakarta memiliki beragam peninggalan
sejarah dan purbakala bermakna mendalam. Ibarat ada gula ada semut, pasti bukan
dilakukan pendekatan ekonomi yang semakin memacetkan pusat kota, tapi lebih berpendekatan
kultur dan spiritual. Keseimbangan
kota dan desa, berguna untuk mengurangi arus urbanisasi. Keseimbangan bukan membuat kedudukan desa
sama dengan kota, melainkan untuk mengelola kesenjangan antara kota dan desa
pada tingkat yang tidak menimbulkan kemacetan kelak!
Beberapa langkah mengantisipasi
kemacetan lalu-lintas, dirumuskan secara seksama, terencana, menyeluruh dan
terpadu. Antisipasi, diprioritaskan kawasan berintensitas
kegiatan tinggi. Terutama pada jam puncak keramaian, diseimbangkan antara
volume lalu-lintas dengan kapasitas jalan. Secara umum, upaya mengatasi
kemacetan mencakup dua sisi, yakni keterpaduan kebijakan dan kesadaran pengguna
jalan. Dari segi keterpaduan kebijakan dapat ditempuh antara lain kurangi
percampuran moda saat tertentu hari libur sekolah dan hari besar.
Peningkatan daya dukung jaringan
jalan dengan mengoptimalkan angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan menurut
Iswanto Hadi (2002) dilakukan dengan pengembangan jaringan pelayanan angkutan
umum dan peningkatan kualitas kendaraan. Jadikan pilihan
penggunaan angkutan umum masal dengan subsidi, diikuti keterpaduan terminal dan kemudahan
berganti jenis angkutan. Ekses dari mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor, kebutuhan memperlebar jalan dan membuat jalan
baru menjadi berkurang.
Pelajar
yang berwisata senang berjalan kaki, tatkala menikmati mengagumi heritage dan belanja
souvenir. Keteduhan pedestrian dan angkutan
wisata kecil khas tradisional menjadi kenangan berarti bagi sebuah kunjungan. Bus
pariwisata tak perlu masuk pusat kota. Bila hal itu dilakukan dapat meningkatkan
kunjungan wisata, kepadatan lalu-lintas dan rosot karbon berkurang, pendapatan merata,
kota lebih indah dan nyaman. Tak kalah penting, peningkatan kapasitas
jalan, keleluasaan
persimpangan dan pengawasan berteknologi. Penegakan aturan diimbangi kesadaran
dan kerelaan sudah tak dapat ditunda. Pastikan, lalu-lintas Kota Yogyakarta
tidak macet sebagai ajang promosi wisata!
Akankah,
kita rindu kota bersih dan bebas polusi? Mulailah dari buah bergantung rendah yang
mudah dipetik, mulai dari diri sendiri untuk menciptakan kota bebas polusi. Mulai,
utamakan pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor. Berjalan kaki dan bersepeda “onthel”
bukan barang tabu dan gengsi. Kebiasaan bersepeda, tak
membuat generasi penerus kita mempunyai kemampuan berpikir yang lebih rendah
daripada kita. Kebiasaan mengayuh sepeda, berekses menurunnya pencemaran,
kesehatan meningkat, biaya kesehatan turun dan kehilangan hari kerja karena
sakit turun.
Daftar Pustaka:
Iswanto
Hadi, 2002. “Faktor2 Pendorong Terjadinya Kemacetan Lalu-lintas di Jl.Arteri
Primer Kawasan Ungaran Kab. Semarang”, TA.Jur. Perenc. Wilayah & Kota FT UNDIP,
Semarang.
---Tulisan
ini dibuat untuk dapat diikut-sertakan dalam lomba
Esai Pelajar Hari Pendidikan Nasional (HPN) 2011 yang diselenggarakan Redaksi
SKH Kedaulatan Rakyat bertema kegiatan “Antisipasi Kemacetan Lalu-lintas
Yogyakarta”.
No comments:
Post a Comment