MENGAYUH,
MENGAGUMI HERITAGE JOGJA
Sepeda merupakan alat transpor yang sehat. Untuk menggerakkannya
diperlukan tenaga manusia, yaitu dengan mengayuh atau ngonthel (Bahasa Jawa). Aspek kesehatan
ini diakui masyarakat luas, terutama masyarakat lapisan menengah dan atas.
Mereka membeli sepeda statis yang mahal harganya. Sepeda adalah alat transpor ramah lingkungan. Pencemaran yang
disebabkan olehnya hanya gas CO2 dan uap air dari pernafasan
pengendaranya. Karena efisiensi penggunaan energi pada sepeda lebih tinggi
daripada dengan mobil. Penggalakan penggunaan sepeda akan mempunyai
dampak yang besar pada lingkungan. Tidak pula ada gas yang menyebabkan hujan
asam dan gas beracun serta debu halus yang menyebabkan penyakit asma. Tidak
pula ada zat pencemar logam berat yang menghambat perkembangan sistem syaraf
pusat pada anak-anak. Kebiasaan bersepeda, tidak membuat generasi penerus
kita mempunyai kemampuan berpikir yang lebih rendah daripada kita. Kebiasaan
mengayuh sepeda, berekses menurunnya pencemaran, kesehatan akan meningkat,
sehingga biaya kesehatan turun dan kehilangan hari kerja karena sakit juga
turun.
Peningkatan
penggunaan sepeda akan memacu industri persepedaan. Produksi banyak onderdil sepeda
dapat dilakukan oleh pengusaha kecil, misalnya rem dan sadel. Jadi akan
menciptakan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan juga tercipta dari perakitan
dan perdagangan sepeda. Selanjutnya dengan membangkitkan wisata bersepeda di kota Jogja yang penuh
peninggalan sejarah dan purbakala akan tumbuh usaha penyewaan sepeda. Membiasakan penggunaan sepeda
merupakan salah satu usaha menjadikan penduduk di kota pendidikan tumbuh sehat
di lingkungan udara yang semakin segar. Jogja sebagai kota sepeda akan semakin
populer heritagenya untuk kegiatan eko-wisata yang memihak rakyat kecil.
Walaupun
sepeda mempunyai banyak sifat yang baik, namun membiasakan penggunaan sepeda
menghadapi banyak kendala. Kendala terbesar adalah budaya. Kita sangat
sadar pada simbol status. Sepeda dianggap sebagai kendaraan orang
miskin. Naik sepeda dianggap tidak bergengsi, kalah dari motor, apalagi
mobil. Alasan lain yang sering dikemukakan tidak mau naik sepeda karena beriklim
tropik. Karena itu panas dan tidak sesuai untuk bersepeda. Tetapi kita kan
orang tropik yang telah teradaptasi pada iklim tropik, seharusnya sudah
terbiasa dengan suhu panas. Semestinya iklim bukanlah kendala untuk bersepeda.
Kendala lain ialah
pengendara sepeda tidak mempunyai
hak jalan. Sedikit sekali jalur khusus untuk sepeda. Tanda jalur alternatif
terdekat untuk sepeda, hanya memberikan rasa tenteram bagi pengendara karena
lebih dekat mengayuhnya. Apabila telah ada jalur sepeda, perlu dilestarikan, tetapi apabila belum ada
perlu diusahakan, minimal dengan garis pembatas khusus untuk orang bersepeda.
Bukankah jalur lambat sering dilanggar pelawan arus, tetapi tak ada wasit yang
meniup peluit. Kini sudah terlanjur pohon peneduh ditebangi untuk pelebaran
jalan. Meskipun jalan aspal menjadi lebar, tapi jalur sepeda menjadi satu
dengan jalur mobil dan motor. Lebih runyam lagi jalur sepeda sudah kalah dengan
jalur Bus Trans Jogja dan parkir kendaraan bermotor, bahkan jalur sepeda kalah
dengan kaki lima di badan jalan.
Tak dapat dihindari, kelakuan
pengendara motor dan mobil yang tidak menghormati hak jalan pengguna jalan lain.
Adanya tanda jalur sepeda dengan cat putih kurang menjamin keamanan pengendara sepeda.
Seyogyanya dibuat pemisah jalur secara fisik atau tanaman pembatas. Perlu dikaji
adanya aturan bagi pengendara mobil dan motor yang membuat cedera pengendara sepeda
dikenai hukuman lebih berat. Sulitnya mencari tempat parkir sepeda yang
aman di Kota Sepeda Jogja, apalagi yang disertai karcis khusus parkir sepeda.
Apabila tidak ada tukang parkir yang dilengkapi parkir sepeda, amankah sepeda
dirantai pada tiang yang disediakan di tengah taman kota?
Mengayuh,
mengagumi Jogja sebagai kota heritage diupayakan dikembangkan dengan berbagai
inovasi, agar lebih banyak penggemar naik sepeda. Membiasakan mengayuh sepeda terkandung
maksud selain mendukung program langit biru, juga untuk menumbuhkan semangat
dan kunjungan wisata di kota budaya Jogja.
---Tulisan ini dibuat untuk
dapat mengikuti Lomba Karya Tulis Sego Segawe dengan tema “Bersepeda Mengagumi
Jogja Sebagai Kota Heritage” yang diselenggarakan oleh
Harian Bernas Jogja. Alhamdulillah mendapat peringkat pertama ☺
No comments:
Post a Comment